Alkisah, pada suatu hari, dengan cuaca langit
diselimuti awan gelap dan bumi diguyur derasnya hujan. Seorang tukang rujak
menumpang berteduh di emperan sebuah toko.
Telihat gerobaknya masih penuh dengan berbagai
jenis buah yang tertata rapi di dalamnya. Sambil menunggu redanya hujan ia
mengambil sesuatu dari dalam tasnya, ternyata itu sebuah Al-qur’an kecil. Ia
terus membacanya hingga kurang lebih satu jam, namun tak ada tanda-tanda hujan
akan berhenti.
Sementara itu sang pemilik toko mulai gelisah,
karena tidak ada pembeli yang datang dari pagi akibat derasnya hujan. Untuk menghilangkan
kebosanannya, ia menghampiri sang penjual rujak buah yang tiada henti membaca
Al-qur’an di emperan tokonya.
“Kalau musim hujan jualannya repot juga ya
pak” ujarnya sambil mengulurkan air minum kepada sang penjual rujak, “mana
masih banyak banget lagi” Imbuhnya sambil melihat buah dalam kotak kaca di
gerobak beroda dua tersebut.
Dengan tersenyum sang bapak menjawab “iya bu,
mudah-mudahan ada rezekinya”.
“Aamiin” sahut sang ibu pemilik toko. “kalau
nggak habis gimana pak?” tanyanya.
“Kalau nggak habis ya resiko bu, kayak
semangka dan melon yang udah terbuka ya kasi ke tetangga, mereka juga senang
daripada dibuang, mudah-mudahan dapat nilai ibadah” ungkap sang bapak sambil
menunjuk dagangannya. “kalau kayak bengkoang, jambu, mangga yang masih bagus
bisa disimpan untuk esok harinya” lanjutnya.
“Kalau hujan terus sampai sore gimana pak?”
tanya sang ibu penasaran.
Sang bapak menjawab “Alhamdulillah bu, berarti
rezeki saya hari ini adalah diizinkan berdo’a, bukannya ketika hujan adalah
waktu yang mustajab untuk berdo’a? dapat kesempatan berdo’a juga rezeki bu”.
“Kalau nggak dapat uang gimana pak?” tanya
sang ibu lagi.
“Berarti rezeki saya adalah bersabar bu, Allah
yang ngatur rezeki, apa saja bentuk rezeki yang Allah kasih ya saya syukuri
aja, Alhamdulillah saya jualan rujak belum pernah kelaparan” jawab sang bapak
sambil meminum airnya.
“Pernah saya nggak dapat uang sama sekali,
tau-tau ada tetangga yang mengirim makanan. Kita hidup apa yang dicari bu, yang
penting bisa makan biar ada tenaga untuk ibadah dan usaha” ungkap sang bapak
sambil memasukan Al-Qur’annya ke tas selempangnya.
Tak ada alasan untuk kita tidak bersyukur
dengan setiap hal yang terjadi dalam hidup ini. Sebab nikmat yang Tuhan berikan
sudah tak terhitung nilainya. Bersyukur tidak mesti ketika kita mendapatkan
uang dan jabatan, tapi dalam setiap lini kehidupan mesti senantiasa disyukuri.
Nafas yang senantiasa berhembus lembut,
kedipan mata yang tak pernah terlambat, jantung yang detaknya stabil, kaki yang
langkahnya berirama, tangan yang lambaiannya gantian, lidah yang bisa merasa
dan hati yang masih bisa jatuh cinta merupakan sederet kecil dari sekian
banyaknya nikmat Tuhan yang tak pantas untuk tidak kita syukuri.
Saya teringat sebuah pesan WhatsApp dari
seseorng, dia menulis begini “Pernah mengubah do’a gak? Dari Allahummah
menjadi Alhamdulillah? Membayangkan kalau yang kita do’akan itu sudah terkabul.
Didahulukan dengan bersyukur. Misalnya nih ‘Semoga aku diberikan kesehatan’ kita
ubah jadi ‘Alhamdulillah aku diberikan kesehatan’.
Kita seharusnya memang begitu, bahkan dalam
kondisi yang sulit sekalipun kita harus tetap bersyukur. Sebab bisa jadi,
dengan syukur yang kita lakukan, akan menghilangkan kesempitan yang sedang
Tuhan timpakan.
Namun sayang, tak banyak dari kita (termasuk
saya) yang termasuk golongan orang yang senantiasa bersyukur. Banyak dari
kita hanya mendenguskan keluhan dan keresahan. “Duhhh ya Tuhan, kenapa harus
saya....” “Ya Allah, cobaan apa lagi ini” “Bisa nggak sih hidup ini tenang
sedikit?” “Huhhhh musibah lagi musibah lagi” dan sederet ungkapan keluh
kesah senantiasa kita gaungkan dan terdengar dimana-dimana.
Padahal, mengutip dari Harvard Health Publishing bahwa bersyukur bisa membantu kita merasakan lebih banyak emosi
positif, menikmati pengalaman baik, meningkatkan kesehatan dan membangun
hubungan yang kuat.
So, mari kita selalu menjadi hamba yang bersyukur
dan senantiasa mengambil hikmah dari segala hal yang terjadi dalam hidup ini.
Wallahu A’lam bis Shawwab
----------------
Yusuf An-nasir, 19
Juli 2024
https://www.sangsantri.com/
0 Komentar