Bumi
yang kita pijak saat ini, adalah salah satu bukti adanya campur tangan Tuhan
terhadap penciptaan alam semesta.
Untuk
memungkinkan adanya kehidupan, bumi dirancang dengan sedemikian rumit dan membutuhkan
ketelitian sangat tinggi. Sedikit saja ada yang meleset, maka tidak akan pernah
ada kehidupan.
Posisi
bumi dalam tata surya sungguh
menakjubkan. Jaraknya dengan matahari sungguh - sungguh tepat. Andai jarak itu
bergeser sedikit saja kearah yang lebih dekat dengan matahari, maka suhu bumi
akan meningkat. Akan sangat panas. Sebaliknya, ketika jarak itu bergeser
menjauhi matahari, maka bumi akan diselimuti es. Mustahil ada kehidupan.
Tentu
jarak yang ideal saja tidaklah cukup. Sejumlah kondisi khusus telah diciptakan
untuk memastikan adanya kehidupan di bumi. Sumbu rotasi bumi miring 32o27’
terhadap bidang ekliptik. Kemiringan ini mencegah panas berlebihan pada
atmosfer di wilayah antara kutub utara dan selatan. Jika kemiringan itu tidak
ada, suhu antara kutub utara dan khatulistiwa akan jauh lebih tinggi.
Terdapat
perbedaan suhu sekitar 100oC antara kutub dan khatulistiwa. Hal itu akan
menghasilkan angin dengan kecepatan 1000Km/Jam, yang akan sanggup menyapu
apapun yang dilaluinya. Namun, geografis
bumi telah dirancang secara cermat. Pegunungan-pegunungan tinggi yang
membentang, mampu menjadi penghalang sehingga kecepatan angin yang luar biasa
bisa dikurangi.
Rotasi bumi juga tidaklah bisa
diabaikan. Kecepatannya telah diperhitungkan dengan sangat teliti untuk
menunjang kehidupan dibumi. Kecepatan rotasi bumi menjaga keseimbangan
penyebaran panas. Dua puluh empat jam bumi melakukan satu rotasi penuh.
Menghasilkan periode pergantian yang cukup singkat. Hal ini mengakibatkan
perubahan panas menjadi rendah. Kamu akan mengakui betapa pentingnya kondisi
ini jika kamu, katakanlah hidup di Pelanet Merkuriu, dimana siang hari terjadi
selama satu tahun dan perbedaan suhu antara siang dan malam mencapai 1000oC.
Ukuran bumi tidak lain telah di
rancang secara khusus oleh sebuah kekuatan yang tidak terbatas. Ukuran bumi
tidak terlalu kecil sehingga tidak kehilangan atmosfer. Demikian pula tidak
terlalu besar sehingga gravitasinya sanggup menahan begitu banyak atmosfer ddan
gas-gas berbahaya.
Istimewa |
Bumi
kita yang biru ini, memungkinkan adanya kehidupan, juga tidak bisa terlepas
dari keberadaan susunan atmosfer yang sekali lagi diancang secara cepat.
Atmosfer yang melingkupi bumi membiarkan masuk cahaya tampak dan inframerah
yang penting bagi kehidupan, namun menahan radiasi lain yang mematikan.
Atmosfer menjadi semacam payung dari radiasi kosmik yang mencapai bumi. Dan
kenyataan bahwa atmosfer bumi yang terdiri dari 77% nitrogen, 21% oksigen, dan
1% karbon dioksida adalah hal yang tidak bisa kita abaikan. Jumlah angka-angka
itu jika berubah sedikit saja, bisa dipastikan tidak ada kehidupan. Cukup 5%
saja peningkatan Oksigen di atmosfer bumi, akan membuat kebakaran yang sanggup
memusnahkan seluruh penghuni bumi. Atmosfer bumi sungguh telah dirancang secara
sangat cerdas.
Ketepatan
rancangan bumi juga bisa kita saksikan pada interaksi gravitasi bumi dengan
bulan. Sungguh-sungguh tepat. Jika lebih besar sedikit saja efek pasang surut
pada laut, atmosfer dan periode rotasi akan semakin merusak. Namun, jika
sedikit saja lebih kecil, akan memberi pengaruh buruk pada kestabilan iklim.
Masih
ada banyak fakta yang menunjukan betapa bumi dan alam semesta itu dirancang
secara sangat tepat. Adalah suatu hal yang sungguh tidak masuk akal jika ada
yang menyatakan rangkaian-rangkaian keteraturan ini terjadi secara kebetulan,
tanpa perancang yang jenius.
Namun
anehnya, pendukung-pendukung teori yang tidak masuk akal itu masih banyak juga.
Mereka, para penganut filsafat
Materialisme, secara membabi buta mempertahankan keyakinan mereka. Mereka
percaya bahwa kehidupan ada karena adaptasi semata. Seluruh keteraturan tinggi
ini tidak lebih dari sebuah kebetulan. Selangkah lagi, mereka akan sampai pada
gagasan bahwa kehidupan dapat terbentuk di pelanet lain, pada suhu 450oC
di pelanet venus atau pada suhu -238oC di planet pluto. Mungkin saja, mereka
membayangkan makhluk yang hidup di sana akan menghirup helium dan memakan asam
belerang.
Filsafat
Materialisme sudah hancur berkeping-keping karna tidak mampu bertahan di
hadapan ilmu pengetahuan modern.
Sudah waktunya Materialisme dibuang dalam keranjang sampah sejarah.
Satu-satunya
jawaban atas terbentuknya rancangan yang menakjubkan di bumi, tata surya, alam
semesta, dan kehidupan ini adalah adanya kekuatan yang tidak terbatas. Itulah
Allah SWT. Pencipta dan pemelihara alam semesta. Sekarang sudah saatnya bagi
dunia ilmu pengetahuan untuk melihat kebenaran secara jernih. Orang-orang yang
mengingkari penciptaan, terutama yang berpura-pura bahwa mereka melakukannya
atas nama ilmu pengetahuan, sebaiknya menyadari berapa jauh mereka tersesat.
إِنَّ رَبَّكُمُ
اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ
الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah. Yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu di bersemayam di atas ‘arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat dan (diciptakan-Nya pula) Matahari, Bulan, dan
Bintang-bintang(masing-masing) tunduk kepada perintahnya. Ingatlah, menciptakan
dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam” (QS.Al-A’raaf [7]: 54).
-------------
Yusuf An Nasir, Sukorejo 2016
*Inspiratif dari Novel Mars perjuangan
seorangan ibu menghantar anak nya menuju Lintang Latip
https://www.sangsantri.com/
0 Komentar