Sabtu yang sungguh mengesankan 6 April 2019, itulah
suasana yang penulis rasakan, pertama kalinya Komunitas Jurnalistiwa Indonesia
goes to school yang di isi dengan kegiatan Workshop Jurnalistik. SMA Negeri 5Pontianak namanya, sebuah SMA yang sangat luar biasa dalam mencetak
kader-kadernya, halaman luasnya yang sekaligus juga menjadi lapangan olahraga
berhiaskan pepohonan pinang menambah keindahahan pemandangannya, pertama kali
sampai penulis di sambut oleh pagar-pagar besi yang mengelilinginya, ketika
mamasuki halaman nya penulis disapa oleh nilai-nilai prestasi mereka yaitu
jajaran piala yang tersimpan rapi didalam sebuah lemari kaca ibarat intan
berlian yang sangat mahal harganya hingga tak seorangpun boleh menyentuhnya,
namun bagi penulis makna dari penghargaan itu lebih mahal dari apapun karena
bentuk perjuangan tak kan pernah bisa terbayarkan hanya dengan intan berlian
semata.
Sambutan ramah dari adik-adik OSIS mengingatkan
penulis pada beberapa waktu yang silam, dimana kala itu penulis masih duduk
pada posisi mereka, wajah-wajah ceria, semangat dan penuh perjuangan mengalir
begitu saja dalam tiap desiran nafas dan aliran darah nadi mereka. Jiwa pemuda
mereka bergelora begitu saja bak air sungai yang terus mengalir tiada henti,
walau ada penghalang tetap dilewati namun tak seditpun merusaki.
Banyak hal yang penulis dapatkan dari mereka terutama
makna dari sebuah kata fenomenal yang mampu memunculkan ribuan karya-karya
abadi, yang mempu mengabadikan nama-nama ilmuan, kata itu adalah Iqra’
(Bacalah).
Mereka juga mengingatkan penulis akan sesosok ilmuan
muslim yang sudah tak asing lagi namanya bagi jagat intelektual yaitu Muhammadbin Musa Al Khawarizmi atau yang lebih kita kenal dengan nama Al Khawarizmi,
beliau merupakan penemu angka 0 (nol) dan Al-jabar yang sangat bermanfaat bagi
kaum intelektual saat ini bahkan para ilmuan. Selain menemukan angka nol, Al
Khawarizmi juga berjasa dalam ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tanget,
persamaan linear dan kuadrat serta kalkulasi integrasi (kalkulus integral).
Tabel ukur sudutnya (Tabel Sinus dan Tanget) adalah yang menjadi rujukan tabel
ukur sudut saat ini.
Foto bareng setelah workshop teken by memet |
Selain itu mereka juga mengingatkan penulis akan sesosok pengamat buah yang jatuh dari pohonnya hingga melahirkan sebuah teori yang disebut gaya gravitasi, sosok itu adalah Sir Isaac Newton, pria kelahiran Inggris pada 4 Januari 1643 ini juga sangat berperan penting dalam dunia sains. Karyanya yang berjudul Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 dianggap sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini meletakkan dasar-dasar mekanika klasik. Dalam karyanya ini, Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad. Newton berhasil menunjukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum alam yang sama. Dia membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi antara hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Karyanya ini akhirnya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.
Dalam bidang mekanika, Newton mencetuskan adanya
prinsip kekekalan momentum dan momentum sudut. Dalam bidang optika, dia
berhasil membangun teleskop pemantul yang pertama dan mengembangkan teori warna
berdasarkan pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih menjadi
warna-warna lainnya. Dia juga merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari
kecepatan suara.
Dalam bidang matematika, Newton mengembangkan Kalkulus Diferensial dan Kalkulus Integral. Ia juga berhasil menjabarkan teori Binomial,
mengembangkan "metode Newton" untuk melakukan pendekatan terhadap
nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi terhadap kajian deret pangkat.
Disinilah makna Iqra’ sesungguhnya. Cobalah kita
bayangkan seandainya Al Khawarizmi dan Isaac Newton tidak pernah membaca,
adakah kita mengetahui angka Nol, Gaya Gravitasi, dan lain sebagainya? Tentu
tidak akan. Yang menjadi sebuah pertanyaan penting sekarang adalah Bisakah kita
seperti mereka? Jawabannya tentu BISA bahkan SANGAT BISA kalau perlu melebihi
mereka. Caranya? adalah dengan membaca dan menulis, membaca apa saja termasuk
membaca alam dan apa yang kita rasakan.
Juga menjadi sebuah kajian menarik, kenapa mereka
sampai sekarang kok masih diingat seolah-olah mereka itu abadi? Jawabannya
adalah tentu dengan karya. Ya...karya merekalah yang abadi walau jasad
terhimpun bumi dan tak mungkin kembali lagi namun karya-karya mereka abadi
sampai hari akhir.
Ingat dunia itu pilihan, Mau jadi Aktor atau hanya
sekedar Penonton. Pilihan ada pada anda saat ini, anda jadi Aktor anda akan
dikenal oleh penonton jika anda jadi penonton belum tentu bahkan sangat tidak
mungkin anda dikenal oleh aktor. Tentukan Pilihan mu sekarang!
----------------------
Yusuf An Nasir, Pontianak,
06 April 2019
https://www.sangsantri.com/
2 Komentar
Hidup itu pilihan.. maka harua diperjuangkan.
BalasHapusDan buktikan pada dunia bahwa kita bisa
Hapus