Advertisements

Header Ads

BIJAK BEREGO; Jangan Berdebat Dengan Keledai

Pada salah satu belantara hutan wakanda, untuk merefreskan fikirannya akibat pekerjaan yang menumpuk, Harimau berjalan menyusuri pinggiran hutan. Hampir setengah jam berjalan, sampailah ia ujung hutan sebelah barat, di sana terdapat sebuah padang rumput yang sangat luas. Harimau terkesima dan bergumam "Hijau sekali rumput ini".

Tanpa disadari rupanya Keledai sudah ada di sampingnya dan menyahut gumaman Harimau "Mana ada rumput hijau, rumput itu biru,"
"Lihatlah dengan seksama, rumput itu hijau," ujar Harimau tak terima.
"Jelas-jelas rumput itu biru" ngeyel Keledai.
"Hijau itu" kata Harimau yang semakin kesel
"Birulah" kekeh Keledai
"Hijau"
"Biru"
"Hijau"
"Biru"
"HIJAU"
"BIRU"

Mereka terus saling lempar pernyataan tanpa argumentasi yang jelas. Harimau sebagai pejuang kebenaran dan panglima hutan jelas-jelas tak mau kalah, kan gengsi sekelas panglima kalah debat dengan rakyat jelata. Keledai pun tak mau menyerah karena merasa dirinya benar.

Pertengkaran tak dapat dihindarkan, keduanya tetap kukuh dengan pendirian masing-masing, keduanya sama-sama merasa benar hingga tak ada yang mau mengalah.

Namun, seperti apapun emosi yang meluap dari kepala mereka, Harimau dan Keledai masih lebih bisa bersikap dewasa dibanding orang-orang konoha yang masih tetangga mereka di seberang sana.

Mereka tidak lantas membayar jasa buzer sosial media untuk menyerang akun masing-masing. Mereka juga tidak mengerahkan pendukungnya untuk melakukan demo sambil merusak fasilitas publik atau menggunakan aparat hukum untuk bertindak represif guna mengklaim kebenarannya.

N E T

Mereka sepakat melakukan arbitrase dan menghadap pada otoritas yang lebih terpercaya yaitu yang mulia baginda raja Singa. Baru sampai di paseban agung depan singgasana raja Singa, Keledai berteriak "yang mulia, bukankah benar jika rumput itu warnanya biru?" Singa pun berdiri dan berkata "benar engkau wahai Keledai, rumput itu warnanya biru."

Keledai kemudian maju dan mengadu sambil menunjuk Harimau yang kebingungan "Harimau itu tidak setuju dengan saya, menentang dan menjengkelkan saya, hukumlah ia baginda!" Singa kemudian bersabda "Harimau patut dihukum, ia harus berpuasa bicara selama 7 hari lamanya," demikian Singa memutuskan.

Keledai sangat gembira atas kemenangannya, ia lalu keluar istana sambil bersenandung dengan nada Aiya Susanti "rumput itu biru, benar-benar biru, bukan warna hijau apalagi hitam, harimau kalah janganlah mengadu, terima aja jangan menggerutu."

Harimau shock, ia tak menyangka jika harus kalah di meja bundar bahkan baru di ronde pembukaan. Ia ingin banding bahkan kalau perlu saling tanding. "Yang mulia mengapa saya harus dihukum, bukankah memang benar jika rumput itu hijau?" tanya Harimau tak terima.

Singa kemudian menjelaskan "Mau, aku menghukummu sebagai edukasi, ini tidak ada hubungannya dengan perdebatan kalian apakah rumput itu hijau atau biru. Masalah ini sebenarnya sederhana dan bisa diselesaikan dengan sekali seruputan kopi. Kamu bersalah karena makhluk cerdas, perkasa dan pemberani sepertimu hanya membuang waktu berdebat dengan keledai yang kamu tau sendiri kualitasnya. Parahnya lagi kamu menghadap kemari hanya untuk meminta pembenaran yang kamu sendiri telah ketahui kebenarannya,” Singa berhenti sejenak untuk menyeruput kopinya yang mulai tidak hangat lagi.

“Kamu juga bersalah karena membawa urusan kontraproduktif ke ruang publik, bila kubiarkan maka hewan-hewan lainnya bisa jadi ikut meributkan validitas yang lain seperti penentuan hilal awal Ramadhan, Idul Fitri dan sebagainya. Selain itu, kamu telah mengganggu waktu main slotku dengan persoalan yang sepele," sambung raja Singa sambil berlalu meninggalkan Harimau yang tambah pusing karena kehabisan paket waktu main Mobile Legend.

Kawan, sungguh sia-sia sekali waktu kita jika hanya dipergunakan untuk berdebat dengan yang bodoh dan fanatik, yang jelas tidak peduli dengan kebenaran dan kenyataan, yang selalu menganggap hanya pendapatnyalah yang paling benar.

Tak perlu kita buang waktu untuk meladeni perdebatan yang tidak ada manfaatnya. Ada orang-orang yang walaupun bukti sudah jelas di depan mata mereka tetap tidak bisa menerima karena yang mereka inginkan hanyalah pengakuan bahwa mereka “BENAR” walaupun pada kenyataannya “TIDAK BENAR”.

Jangan biarkan ego kita mengalahkan nalar fikir. Biarlah ego merengek, nalar harus tetap meluncur. Terkadang kebenaran itu jalannya sunyi yang mesti dipijak tanpa bunyi. Kebenaran juga terkadang mesti menjadi aset pribadi yang tidak perlu diiklani. Sebab kebenaran tidak mesti mendapatkan banyak followers, ribuan viewers dan jutaan subscriber, karena kebenaran ada bukan untuk dibanggakan. Memaksa orang lain untuk mengakui kebenaran kita justru akan menjadi bumerang, buang-buang energi dan tidak bijak sama sekali.

Imam Syafi’i pernah berkata sebagaimana yang tertulis dalam kitab Mafahim Yajibu an-Tushahhah karya Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki:
مَا جَادَلْتُ عَالِمًا إِلَّا غَلَبْتُهُ وَلَا جَادَلْتُ جَاهِلًا إِلَّا غَلَبَنِي
Artinya, “Setiap kali berdebat dengan kelompok intelektual, aku selalu menang. Tetapi kalau berdebat dengan orang bodoh, aku kalah tanpa daya.”

So, Biarkan anjing menggonggong, kafilah jangan sampai berhenti. Tak perlu kita toleh ocehan orang yang tidak jelas, karena kasihan sama leher anda yang mahal. Tak mengapa jalan kita sunyi, yang penting selamat sampai tujuan.

Wallahu A’lam Bis Shawwab
-----------------------
Yusuf An-nasir, 01 Maret 2023


https://www.sangsantri.com/

Posting Komentar

0 Komentar