Advertisements

Header Ads

ANJAY; Kata Menyelamatkan Perspektif Tashrif Lughawi

Beberapa waktu lalu viral dimedia sosial khususnya pada platform Twitter sebuah kata yang menimbulkan kontroversial, sebelum viralnya avatar di dunia platform Facebook. Tepatnya pada tanggal 29 Agustus 2020 Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mengeluarkan pers rilis terkait pengunaan kata “Anjay”.

Sontak komentar dan argumentasi yang pro kontra bermunculan. Bahkan ada yang berkomentar jika Komnas PA kayak nggak punya pekerjaan, padahal banyak hal yang lebih penting untuk dilakukan ketimbang ngurusin si “Anjay”.

Penulis sih setuju dengan komentar tersebut, mengingat apa yang pernah disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPA) Gusti Ayu Bintang Darmavati, dalam acara anugrah KPAI 2020 yang disiarkan secara virtual pada tanggal 22 Juli 2020. Bahwa antara bulan Januari hingga Juni terdapat 3.928 kasus kekerasan terhadap anak yang hamper 55% adalah kekerasan seksual.

Hal ini tentu saja merupakan pekerjaan besar bagi Komnas PA, selaku lembaga yang mengurusi perlindungan terhadap anak untuk terus mengawal kasus-kasus yang ada hingga tuntas ke akar-akarnya.

Istimewa

Kata “Anjay” sendiri bagi penulis kurang lebih dengan “Jancuk”. Dimana pengguunaan kata tersebut bisa berkonotasi kasar atau nggak tergantung situasi dan kondisi, bahkan sebagai ungkapan keakraban dan persahabatan. Hal ini juga diungkap oleh ketua umum Komnas PA, Arist Merdeka Sirait dalam klarifikasinya pada hari minggu tanggal 30 Agustus 2020 (sehari setelah terbitnya pers rilis tersebut).

Lalu “Anjay” sendiri itu apa?. Dalam KBBI kata “Anjay” bukanlah kata baku, kata ini hanya sekedar plesetan dari kata yang sesungguhnya.

Penulis sangat tertarik dengan tulisan Gus Juman Rofarif yang melihat “Anjay” dalam persepktif disiplin ilmu Sharraf (sebuah ilmu yang membahas perubahan bentuk kata dalam tatanan bahasa Arab yang selalu bergandengan dengan Ilmu Nahwu), berikut ulasannya:

Kata "Anja"  (أنجى) adalah bentuk Tsulatsi Mazid ala wazni "Af'ala" dari bentuk Tsulatsi Mujarrod "Naja" (نجا).

Tsulatsi Mujarrod "Naja" artinya "selamat". Jika kata tersebut diubah bentuk menjadi Tsulatsi Mazid, yaitu "Anja" ala wazni Af'ala yang berfungsi salah satunya sebagai "Ta'diyyah" maka ia berarti "menyelamatkan".

Jika Tsulatsi Mazid "Anja" disambung dengan semua Dhomir Mukhathob dan semua Dhomir Mutakallim maka ia jadi terbaca "Anjay". Hal ini bisa diketahui jika kata tersebut di-Tashrif Lughawi:

Anjayta

Anjaytuma

Anjaytum

Anjayti

Anjaytuma

Anjaytunna

Anjaytu

Anjayna

Contoh penggunaan kata ini,  dalam Alquran adalah لَئِنْ أَنجَيْتَنَا مِنْ هَٰذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ

"Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur." (Yunus:22).

Itulah sepintas ulasan menarik dari Gus Juman Rofarif yang penulis sadur dari Fanpage Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Yogyakarta. Lalu bagaimana dengan persepektif anda? Sudahkah anda menemukan makna “Anjay” dalam disiplin ilmu yang lain? Jika ada jangan lupa berbagi ditengah keboringan rebahan saat ini.

Satu hal yang harus digaris bawahi bahwa kata "Anjay" dalam bahasa Arab ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan kata "Anjay" yang sedang diribetkan dan diributkan di Negara +62 ini.

Wallah Al-A’lam bi Al-shawwab dan selamat beraktivitas kembali dimasa New Normal.

--------------------
Yusuf An-nasir, 04 September 2020


https://www.sangsantri.com/

Posting Komentar

0 Komentar