Advertisements

Header Ads

WANITA KARIR, Kenapa Tidak?


Sudah tidak asing lagi ketika kita memandang kesegenap penjuru negeri bahkan dunia, melihat wanita berpakaian lengkap dan rapi, setelan jas serasi dengan celana dan tas jinjingnya, sementara disudut yang lain terlihat memakai jilbab, rapi dan modis, tangan kanannya menjinjing laptop sementara tangan kirinya terpampang sebuah jam tangan yang berkali-kali dilihat sambil berjalan dengan terburu-buru menuju meja kerja mereka. Merekalah yang kita sebut dengan “Wanita Karir”.

Kemajuan zaman yang tak dapat dipungkiri membawa banyak perubahan yang cukup signifikan dalam realitas kehidupan sosial kita. Jika dulu dunia yang dijangkau wanita hanya berkisar antara kasur, dapur dan sumur. Kini wanita bisa dengan bangga dan bahagia menikmati yang namanya era emansipasi, peluang dan kesempatan mereka mengaktualisasikan dirinya semakin terbuka dengan lebar.

Mungkin karena kondisi atau karena tuntutan zaman, wanita kini bukan hanya sekedar makhluk yang terkurung di dalam rumah melainkan menjadi mahkluk yang bebas beraktifitas diluar rumah. Secara kodrati kita tahu jika Tuhan menciptakan wanita bukan sebagai makhluk pekerja keras. Namun bukan berarti Tuhan tidak mengizinkan mereka untuk berkarya di tengah-tengah publik sesuai dengan kemampuan dan bidangnya.

Karir menurut Kathleen Gerson merupakan sebuah istilah yang tidak hanya mencakup keikutsertaan pada lapangan pekerjaan tetapi lebih kepada kesukaan atau ketertarikan pada pekerjaan upahan dalam waktu lama, atau paling tidak mendambakan kemajuan dan peningkatan dalam waktu tertentu. 

Dengan kata lain karir adalah sebuah sikap dimana seseorang tidak hanya mengharapkan upah melainkan juga mengharapkan prestasi, jadi tujuan utamanya bukan uang, melainkan kepuasan batin yang sesuai dengan cita-cita. Seseorang yang berkarir sesungguhnya adalah orang yang mempunyai idealisme tinggi, mempunyai bakat dan minat sekaligus ingin menyalurkan bakat dan minat tersebut sesuai dengan jalur pekerjaannya. Nah sekarang, siapakah yang disebut dengan Wanita Karir?

Wanita karir adalah peran wanita disamping sebagai ibu rumah tangga, juga berperan sebagai wanita yang masih aktif berkarir dan bekerja pada suatu institusi sesuai dengan kemampuannya. Jadi wanita karir adalah wanita yang berperan ganda, yaitu selain sebagai ibu atau istri dalam sebuah rumah tangga juga sebagai karyawati yang aktif mengerjakan tugas-tugas diluar kerumah tanggaan.

Salah satu karakteristik antara wanita karir dan wanita pekerja adalah Wanita pekerja lebih cenderung untuk mendapat gaji sebagai efek material dan kesenangan. Sementara wanita karir selain untuk mendapat gaji juga untuk mendapat prestasi tinggi, wanita karir mempunyai kemampuan mengontrol pekerjaan dan menguuasai lingkungan tempat bekerja hingga wanita karir lebih efesien dan teratur dalam pekerjaan.


Ilustrasi/NET

Peran ganda yang ada pada wanita karir menjadi persoalan tersendiri bagi kaum wanita, ini tidak dapat dipungkiri! Islam memandang bahwa tugas pokok wanita sebagai seorang istri adalah mengurus masalah-masalah internal keluarga, sementara yang bertanggung jawab atas urusan ekternal  adalah suami. Tugas yang harus diemban oleh wanita merupakan sebuah titah Tuhan dan tugas ini oleh Tuhan telah disesuaikan dengan kodrat penciptaan wanita itu sendiri. Namun demikian bagi wanita yang ingin mencoba selangkah lebih maju dengan mengorbankan sedikit waktunya untuk berada diluar rumah.

Berkarir bukan berarti mereka telah menyalahi kodrat kewanitaannya. Jika kita berpijak pada definisi diatas dimana wanita karir adalah mereka yang ingin berkarya, maka hal itu sama sekali tidak menyimpang dari ajaran islam, bahkan bisa dikatakan hal itu sebagai sebentuk hal yang positif. Tetapi semua itu harus dijalankan oleh wanita dengan tetap berprinsip pada statusnya sebagai ibu rumah tangga yang punya kewajiban dan tanggung jawab dirumah.

Memang selama ini sebagian kalangan ada yang secara ekstrim mengklaim bahwa wanita tidak diperbolehkan meninggalkan rumah untuk bekerja. Alasannya, selain bekerja itu bukan merupakan kewajiban dan tanggungjawabnya, hal itu juga akan mengakibatkan timbulnya fitnah. Namun, memandang kondisi masyarakat Indonesia, maka ada beberapa faktor yang bisa dijadikan alasan wanita boleh berkarir, yaitu : Wilayah Indonesia yang sedemikian luas dan suburnya serta terdapat berbagai sumber kekayaan alam, baik yang ada di darat maupun dilaut yang memerlukan tenaga kerja yang besar dalam mengelola SDA tersebut.

Kondisi penduduk Indonesia yang jumlah wanitanya ternyata lebih besar daripada jumlah pria, maka dalam hal ini menuntut kaum wanita untuk ikut andil sebagai subyek pembangunan. Tingkat ekonomi bangsa Indonesia rata-rata masih rendah sehingga memerlukan kehadiran wanita dalam bidang pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, untuk membantu meningkatkan ekonomi rumah tangga dan masyarakat secara umum.

Sistem pendidikan Indonesia tidak mengadakan diskriminasi antara pria dan wanita, mereka sama-sama berhak mendapatkan pendidikan untuk selanjutnya diabdikan demi kepentingan pembangunan bangsa. Dan adanya lapangan kerja di instansi-instansi pemerintah dan sektor swasta yang dipandang sesuai dengan kodrat wanita, sehingga kehadiran tenaga kerja wanita memang dibutuhkan oleh masyarakat dan merupakan kepentingan pembangunan.

Diakui atau tidak karir bagi seorang wanita akan menimbulkan dua dampak, yaitu dampak posititf dan dampak negatif. Dampak posititnya adalah wanita mempunyai harga diri dan sikap terhadap dirinya, mempunyai kepuasan hidup sehingga mampu membuka wawasan positif mereka terhadap masyarakat, tidak akan pernah mengeluh dengan beban fisik karena sudah terbiasa menghadapi kesulitan, dapat mendidik anak-anaknya sesuai dengan keadaan dan tuntutan zaman, serta akan mudah bersosialisasi terhadap masyarakat luas.

Adapun sisi negatif yang biasa terjadi pada wanita karir adalah: wanita tidak selalu berada pada saat-saat penting dimana dia sangat dibutuhkan oleh keluarganya, tidak semua kebutuhan keluarga dapat dipenuhi dengan baik dan menyita banyak waktu dan tenaganya sehingga ketika pulang dia tidak akan mempunyai vitalitas yang tinggi memperhatikan anak-anaknya bahkan melayani suami.

Walhasil, dari segi apapun wanita sesungguhnya masih memungkinkan untuk bekerja. Dalam agama tidak ada larangan bagi kaum Hawa untuk ikut berpartisipasi dalam layanan publik dengan catatan mereka tidak mengabaikan tugas-tugas pokoknya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dan sebagai seorang istri bagi suaminya.

Selain itu wanita juga harus bisa menjaga diri, mereka harus menjauhi fitnah-fitnah yang bisa menghancurkan martabatnya baik sebagai seorang wanita lebih-lebih sebagai seorang istri. Kalau memang kondisi sudah seperti itu, maka sah-sah saja seorang istri berperan sebagai wanita karir. Tetapi semuanya harus seizin suami, sebab sang suamilah yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga.


----------------------------
Yusuf An Nasir, Sungai Malaya, April 2019 



https://www.sangsantri.com/

Posting Komentar

0 Komentar