Advertisements

Header Ads

HIDUP ITU YANG PENTING SIB

Rencananya, keluar rumah untuk menghadiri pelantikan sahabat/i Pengurus Cabang PMII Kubu Raya. Namun, karena cuaca kurang bersahabat jadinya belok saja ke Jl. Tanjungpura untuk menyambangi toko buku Menara guna mencari lahapan baru, lalu ke kampus sebentar dan setelah Asar rencananya mau langsung pulang. 

Tapi keinginan hati tiba-tiba mengajak untuk menyambangi sahabat Thalab Jeje yang sedang berjualan Cimol di depan Kampus Yarsi Pontianak, karena memang sudah lama tidak bersua dan bertatap muka.

Kami bercengkrama ngalur ngidul tak tentu arah dan bertukar fikiran sembari menikmati suguhan cimol maknyus bikinannya, tak lupa pula rintik sendu yang sedang membasahi rerumputan ikut membersamai.

Seperti biasanya, jika sudah berjumpa dengan sahabat Thalab, sedikit banyak pasti ada kata mutiara yang mampu memikat hati (makanya nggak perlu heran jika cewek-cewek betah berada di sampingnya). Namun kali ini tampak berbeda, ia hanya sedikit mengeluarkan ramuan kata-katanya "Hidup itu Suf harus SIB (Sabar, Ikhlas, Bersyukur)", ujarnya saat saya bersiap meninggalkan tempat dimana ia berjuang memenuhi kebutuhan hidup dan mencukupi biaya pendidikan yang mahal. 

Benar-benar sedikit, hanya 8 kata, namun perlu ribuan halaman untuk melukis dan mengenterpretasikan maknanya.

Istimewa

Kunci hidup bahagia itu memang sederhana, salah satunya seperti yang di katakan sahabat saya di atas.

 

1. SABAR

Dalam menjalani hidup kita harus sabar, sabar dibanting sana sini, sabar diterpa angin lalu, sabar dihempaskan badai dsb. Sabar salah satu kunci keluar dari cobaan sebagai seorang pemenang.

Saat kita dalam keadaan tidak mampu, lapar menimpa, kemiskinan menghantui, kebutuhan banyak tapi pemasukan tidak ada, semuanya serba susah, ekonomi susah, makan susah, mandi susah, kawin susah, pokoknya semua serba susah dan kekurangan.

Disaat seperti itu Sanggupkah kita BERSABAR? Sanggupkah bersabar untuk tetap berusaha? Sanggupkah bersabar untuk tidak meminta-minta? Sanggupkah bersabar untuk tidak mengeluh pada Tuhan? Sanggupkah bersabar untuk tidak menuntut dan menyalahkan Tuhan? Sanggupkah bersabar untuk tidak mencuri? Sanggupkah bersabar untuk tidak mengambil hak orang lain?.

Jika Mampu, Selamat Kita adalah Pemenang.

Begitu juga dengan kita yang berpunya, saat segalanya serba ada, saat segalanya dipermudah. Rumah megah, mobil mewah, Istri 4, jabatan tinggi, usaha banyak, rekening sampai tak muat dsb.

Saat seperti itu, mampukah bersabar untuk tidak menyombongkan diri? Mampukah bersabar untuk rumahnya yang senantiasa diketok pintunya? Mampukah bersabar untuk tidak menghina orang lain?.

Jika Mampu, Selamat anda adalah Pemenang.

Namun sayang diantara dua hal tersebut, antara Kekayaan dan Kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan lah yang banyak mampu menjadi pemenang. Sementara mereka yang kaya terlanjur terbuai dan mendewakan harta.

 

2. IKHLAS

Konsep ikhlas sangat sulit untuk dijelaskan, susah sekali seseorang untuk dikatakan ikhlas sebab ikhlas adalah urusan hati, ikhlas juga termasuk tingkatan ilmu yang sangat tinggi sehingga tidak semua orang mampu melakukannya.

Syekh Abdullah bin Hijazi As-Syarqawi mengatakan dalam Al-Minahul Qudsiyyah alal Hikam Al-Atha’iyyah, bahwa ikhlas itu berbeda-beda sesuai dengan tingkatan spiritual seseorang.

Beliau lalu menjabarkan bahwa ada tiga jenis keikhlasan manusia dalam beramal yaitu : Keikhlasan Ibad (keikhlasan para hamba Allah), Keikhlasan Muhibbin (keikhlasan para pecinta Allah) dan Keikhlasan ‘Arifin (keikhlasan para ahli ma’rifat).

 الأعمال صور قائمة وأرواحها وجود سر الإخلاص فيها

“Amal merupakan bentuk raga kosong yang tegak, sedangkan jiwanya adalah adalanya keikhlasan didalamnya” (Al-Hikam, Ibnu Athaillah).

 

3. SYUKUR

Tidak semua orang mampu melakukan ini, butuh keluasan dan keikhlasan hati agar mampu menjadi orang yang bersyukur. Syukur tidak sekedar ungkapan Hamdalah, namun harus ada aplikasi kehidupan nyata. Dengan syukur kita diajarkan bahwa hidup tidak akan selamanya.

Dalam hal syukur ini, tidak semua golongan manusia mampu melakukannya (apalagi dalam urusan harta). Mereka yang mampu hidup dengan penuh syukur biasanya adalah orang-orang dari kalangan bawah. Dengan keadaan yang serba kekurangan serta menghadapi terpaan derita hidup yang tak kunjung usai, tak lantas membuat mereka menyerah. Mereka hadapi dan menerima dengan penuh kepasrahan dan rasa syukur atas segala pemberian Tuhan walau hanya sedikit.

Namun banyak gagal pada tingkatan mereka yang merasa dirinya mampu, "Ahhh ngapain nyumbang, wong saya kerja sendiri, keringat sendiri, uang-uang saya sendiri". Mereka lupa bahwa segala nya Tuhan yang mengatur dan memberi. Maka selayaknya kita senantiasa bersyukur dalam situasi dan kondisi apapun.

Intinya

Saat kita mendapatkan cobaan, Bersabarlah

Saat kita memberi, Ikhlaslah

Saat kita berpunya, Bersyukurlah

 

Wallah Al-A’lam bi Al-shawwab

-------------------

Yusuf An-nasir, 26 November 2020

 

 

https://www.sangsantri.com/

Posting Komentar

0 Komentar