Hujan
memang hebat, apalagi penciptanya, dulu ku paling benci dengan yang namanya hujan
karena bagi ku hujan hanyalah penghalang dan membuat basah tubuh saja sebelum
ku tau jika hujan menyimpan seribu macam keindahan, apalagi pada yang namanya
pelangi, paling benci dan takut, karena kata orang tua dulu pelangi menyimpan
dan membawa hantu jhering (red : madura) yang katanya berwarna hitam dan suka mengelilingi
manusia jika berada di luar rumah, sebelum akhirnya ku tau jika pelangi
hanyalah biasan cahaya yang menyimpan sebuah legenda masyhur dikalangan
masyarakat Nusantara khususnya pulau Jawa yakni Legenda Jaka Tarub.
Ingatkah?
dulu kita pernah main hujan, karena kita sama-sama penyuka hujan, waktu itu
langit gelap, kita berjalan bergandengan tangan tak tentu arah, mengitari
pematang sawah yang mulai menguning dan semakin menunduk dan memang begitulah
seharusnya bukan malah semakin mendongak dan melambai-lambai tak berisi, tiba-tiba
angin berhenti menyapu bumi, langit sore berubah hitam menutup indahnya senja,
lalu rintik mulai berdatangan, kita duduk dibawah pohon rindang, berharap ia
memberi kita tumpangan, namun yang terjadi ia lebih memilih bersabat dengan
angin dan rintik yang tak lama setelah itu berubah menjadi derasnya hujan.
Foto by Ikhsan |
Kita
kedinginan, kau bersandar dibahuku, dan berkata “aku suka hujan” yang langsung
meraih tangan ku dan menariknya menuju pematang itu lagi, tanpa ku sadari,
kudongakkan kepala ke langit, dan ku lihat biasan warna-warni menghiasinya,
lalu ku bilang padamu “aku ingin kesana” kamu bilang “buat apa?” ku jawab aja ingin
bertemu bidadari, masak Jaka Tarub bisa aku ngak bisa, kamu malah terkekeh dan
menarik kedua tangan ku.
“sayank,
pergi kesana nggak mudah, tak cukup berbekal impian dam mimpi, tapi butuh
bangun dari tidur dan melangkah kan kaki, pun tak cukup jika kamu pergi
sendiri, harus ada yang selalu setia mensupport dan mendampingi, lagian buat
apa kesana mencari bidadari, tidakkah cukup diriku mendampingi?”.
Ungkapanmu
membuat ku terenyuh dan menyadari, bahwa selama ini ku manusia yang hanya
berkubangan dalam mimpi tanpa menyadari jika tertipu oleh ilusi, terima kasih
sayang, terima kasih hujan, kalian memberiku pelajaran yang berarti, untuk
melangkah dan meraih mimpi tanpa perlu menoleh kepada mereka yang menyinyir dan
menghalangi, biarkan mereka berkata apa yang penting impian tercapai dan
membukti, toh nggak selamanya Anjing itu menggonggong dan menakuti ada saat nya
dia lelah dan lapar lalu meminta sepotong tulang pada kita tuk digerogoti.
Terima
kasih Tuhan
Atas
hujannya malam ini
Sungguh
hujanmu begitu nikmat
Menumbuhkan
tunas-tunas rindu
Menyekarkan
bunga-bunga kasih sayang
Merindangkan
ranting-ranting kesyahduan
Mengembalikan
kenangan yang pernah pergi
--------------------------------------
https://www.sangsantri.com/
0 Komentar