Ada sepasang suami istri, dimana sang
istri adalah wanita yang sangat cantik. Sang suami begitu sangat mencintai sang
istri, begitu juga sebaliknya.
Kala itu, sedang maraknya penyakit kulit. Sang istripun terkena dampaknya yang mengakibatkan kerusakan pada
kulitnya yang indah. Wajahnya pun mulai hancur digerogoti pengakit tersebut.
Pada saat itu pula sang suami sedang berada di luar kota
dan tidak mengetahui jika istrinya terserang penyakit kulit yang ganas. Dan dalam
perjalanan pulang, sang suami mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kebutaan.
Dari hari ke hari, sang istri yang
pada mulanya bak bidadari yang cantik nan mempesona berubah menjadi wanita yang
amat jelek dan menyeramkan, namun sang suami tak bisa melihat dan kehidupan
mereka pun berjalan seperti biasa, penuh cinta dan kasih sayang seperti awal
mereka menikah.
Seiring berjalannya waktu, di usia
yang ke 40 tahun dari pernikahan mereka, sang istri pun meninggal dunia, sang
suamipun bersedih dan merasa sangat kehilangan sekali. Setelah pemakaman, sang
suami adalah orang terakhir yang keluar dari pemakaman sang istri.
Ketika berjalan, datanglah seorang
menyapanya "Pak, bapak mau kemana?". Dia menjawab, "Saya mau pulang".
Mendengar jawaban itu, orang tersebut bersedih dengan keadaan dia yang buta dan
hidup sendiri. Lalu orang tersebut berkata, "Bukankah bapak buta dan
selalu bergandengan dengan sang istri? Gimana sekarang bapak mau pulang
sendiri?".
Lalu dia menjawab, "Sebenarnya
saya tidak buta, selama 40 tahun saya hanya pura-pura buta agar istri saya
tidak minder atau rendah diri, kalau saya mengetahui bahwa dia sakit dan
wajahnya berubah menjadi menakutkan".
|
Ilustrasi/NET
|
Masya Allah sungguh anugerah cinta yang
luarbiasa. Seteguk kenikmatan anggur dan selayang pandang keindahan bunga Sakura di musim semipun tak akan bisa menyamai kelezatan dan keindahan sang cinta.
Ibadah terlama adalah berumah tangga, maka bermodalkan cinta
saja tidak akan cukup. Dibutuhkan banyak kesabaran serta keikhlasan agar hati
senantiasa merasa tentram.
Rumah
tangga ibarat hutan yang lebat, yang di dalamnya ada berbagai macam
pemandangan. Ada pohon yang rindang nan menyejukan, ada hewan buas yang siap menerkam
kapan saja, ada duri yang siap menusuk kulit, ada akar dan rumput yang bisa
membuat kaki tersandung dan membuat terjungkal dan ada jurang yang selalu siap
memisahkan jarak.
Kesabaran
ibarat pohon yang menyejukan paru-paru, ego ibarat hewan buas yang siap
menerkam, kicauan tetangga ibarat duri yang munusuk, Mantan dan orang ketiga
ibarat akar dan rumput yang bisa membuat terjatuh serta amarah seperti jurang
yang mematikan kapan saja.
Maka
saling mengerti dan memaafkan jalan keluarnya. Bukankah kita memang diciptakan
dalam keadaan yang tidak sempurna? Agar kita mampu menjadi pelengkap dalam
hidupnya.
Terimalah pasangan kita apa adanya
dengan segala kekurangan dan kelebihannya karena kita bukan mencari yang
sempurna, tetapi bagaimana mencintai pasangan dengan cara yang sempurna dalam
situasi dan kondisi apapun.
Cinta bukan soal matematika tapi soal
rasa, cinta bukan tentang bagaimana engkau memberi dan menerima tapi tentang
menghargai dan saling percaya. Cinta bukan tentang siapa yang datang tapi
tentang ia yang menetap dan tidak pernah pergi.
----------------------
Yusuf An Nasir, 13 Juni 2020
https://www.sangsantri.com/
1 Komentar
Masya Allah
BalasHapusKunjungi juga Blog saya
www.kuinformasi.blogspot.com