Advertisements

Header Ads

Menilik Derajat Laki-laki dan Perempuan dalam Islam

Pada zaman Jahiliah orang-orang menganggap laki-laki lebih tinggi derajatnya dan perempuan lebih rendah. Karenanya bayi perempuan yang lahir akan dibunuh, perempuan dianggap aib sehingga tidak masalah dihina dan dianiaya. Dan mirisnya, zaman sekarang masih saja ada yang menganggap kaum hawa lebih rendah derajatnya dibandingkan kaum adam.

Maka pada pembahasan ini, penulis akan memaparkan dua permasalahan yaitu:


Dalam Islam, derajat antara laki-laki dan perempuan sama. Sebagaimana firman Allah SWT:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS. Al Hujurat: 13).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dengan derajat yang sama dari ibu dan bapak yang sama yakni Adam, As dan Hawa. Sehingga tidak ada yang lebih diunggulkan. Kecuali orang yang bertakwa, ia memiliki kemuliaan, kehormatan dan derajat yang lebih tinggi dari pada manusia lainnya di sisi Allah. (Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir An-Nafahat Al-Makkiyah).

Allah menciptakan manusia dari bapak ibu yang sama. Sehingga Jika perempuan dianggap lebih rendah tentu lelaki juga rendah. Karena semua lelaki di dunia ini terlahir dari seorang perempuan. Allah juga tidak menyatakan yang paling mulia dan paling tinggi derajatnya di sisi Allah hanyalah laki-laki saja, tetapi semua manusia yang bertakwa, baik dari kalangan laki-laki ataupun perempuan. Allah menempatkan derajat manusia pada tingkat ketakwaan bukan berdasarkan jenis kelaminnya.

Istimewa


Sebagaimana firman Allah:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Alloh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa ayat 34).

Ayat ini banyak sekali dijadikan alat untuk mendiskriminasi seorang perempuan atau istri. Dengan ayat ini seakan perempuan memiliki derajat yang lebih rendah. Padahal maksud ayat ini Allah memberikan kemimpinan dalam keluarga dikendalikan oleh seorang suami. Alasannya, karena Allah telah memberikan kelebihan terhadap laki-laki untuk memikul tanggung jawab sebagai pemimpin. Karenanya juga, para suami diwajibkan mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya (Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an).

Allah memilih laki-laki menjadi pemimpin dalam rumah tangga karena laki-laki memiliki kelebihan untuk melakukannya. Semisal dalam hal mencari nafkah, laki -laki memiliki fisik yang lebih kuat. Mereka tidak haid dan nifas, maka menjadi mudah baginya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat dalam rangka memperoleh nafkah bagi keluarganya. Dalam mengambil keputusan, laki-laki lebih tegas dan tidak terbawa perasaan. Oleh karena itu keputusan thalak ada pada seorang suami bukan istri.

Kelebihan tersebut tidak dimiliki oleh perempuan secara sempurna, karena itu Allah melebihkan pada perempuan dengan kekurangan laki-laki. Memang tampak secara fisik laki-laki lebih kuat tetapi mereka tidak bisa dibebankan dengan kehamilan dan menyusui.

Baik laki-laki dan perempuan memiliki perannya masih-masing dalam rumah tangga. Keduanya saling membutuhkan dan melengkapi kekurangan. Laki-laki diutamakan karena dibebani kepemimpinan. Sedangkan perempuan adalah pendamping untuk laki-laki.

Dalam ranah rumah tangga memang derajat laki-laki lebih tinggi akan tetapi bukan berarti laki-laki lebih mulia dan perempuan lebih hina sehingga bisa didiskriminasi atau disiksa.

Nabi Muhammad sendiri yang sudah jelas kemuliaan dan tinggi derajatnya sangat memuliakan perempuan. Baik ibu, istri dan juga anak-anaknya. Rasulullah tidak menganggap perempuan lebih rendah dan hina. Bahkan dalam sebuah hadis disebutkan bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang memiliki akhlak mulia terhadap perempuan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : أَكْمَل الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ

Artinya: "Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Orang-orang beriman yang paling sempurna imannya adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik akhlak kalian adalah yang paling baik kepada perempuan."

Sebanyak apapun ibadah seorang lelaki dan sebijak apapun nasehatnya. Jika tidak bisa memuliakan perempuan maka dia akan tetap jadi lelaki yang buruk dan rendahan. Sungguh Lelaki yang mulia itu adalah yang memuliakan perempuan. Lelaki yang terhormat adalah yang menghormati perempuan.

-----------------
Ummu Karromah, 15 Desember 2023

 

https://www.sangsantri.com/

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Jangan di lupakan bahwa 70% diantara penghuni neraka adalah perempuan yang kurang tepat memposisikan dirinya terhdap suaminya. Mohon di koreksi komentar saya kiai hihi

    BalasHapus