Advertisements

Header Ads

SEMILIR ANGIN SUBUH

Deru syahdu malam sepi

Suara tayaqqazhu berapi-api

Di saat sang insan terlelap dalam mimpi

Ku tulis sajak sang pemimpi

Kala perahu sedang menepi

 

Aduhai engakau yang lalai

Sampai kapan engkau akan terbuai

Akan tarian fatamorgana yang membuat lunglai

Sedang izrail selalu dalam keadaan mengintai

 

Lalu apa yang engkau punya

Dalam menghadapi munkar nakir-Nya

Sedang kubur itu adakalanya bak istana

Bagi mereka yang punya bekal ke sana

Dan adakalanya kubur itu sempit

Bak sangkar burung pipit

Sadarlah

(Sukorejo, 25 Ramadhan 1438 H)

 

Ilustrasi/Net

Tidak ada hari yang lebih baik daripada memulai hari tersebut saat subuh menyapa, lalu meraih cintanya bersama. Tafakkur serta mensyukuri nikmat tuhan yang tak terbatas.

Semesta hening, hembus semilir angin subuh menelisik, menggugah jiwa akan kewajiban bertemu rabb-nya manakala suara-suara lembut nan syahdu dari panggilan sang mu’azzin terdengar, menyeru, dan kadang mendayau serta nadanya merayu. Asshalatu Khairum Minan-Naummm, Segenap para hamba bersiap, mengadu takwa dalam setiap balutan jiwa.

Namun, tidak semua hamba mampu merasakan kenikmatan hembusan nafas alam subuh hari. Tatkala seruan Hayya ‘Ala Al-Shalah bergema, mereka lebih memilih menarik hangatnya selimut dan sarung, bergulat dengan bantal dan guling, bersenggama dengan mimpi indahnya hingga klimaks kokokan ayam tak terhiraukan.

Berat? Tentu saja berat. Tidak banyak orang yang bisa sukses berdinamika dengan Subuh, karena nyanyian selimut terasa lebih merdu daripada suara toa di menara-menara masjid. Seruan Qabliyah lebih besar dari dunia dan isinya tidaklah berarti apa-apa, karena manusia terkadang lebih munafiq daripada munafiq itu sendiri.

Malah ada yang dengan penuh kesengajaan mereka tinggalkan subuh hari demi sesuap nasi atau sekedar memenuhi kebutuhan mimpi. Padahal seandainya keutamaan subuh diperlihatkan niscaya manusia akan enggan untuk meninggalkannya.

Semangat untuk kalian wahai para Pejuang Subuh, semoga semilir anginnya yang dingin ikut serta memabawa segala harap kita keharibaan sang Maha Segalanya. Semoga segala munajat cinta mendapat jawaban rindu dan segala harap menjadi nyata.

Air mata yang mengalir semoga menjadi embun penyejuk pagi, kantuk yang tertahan semoga menjadi sayap indah kelak di padang mahsyar, mimpi yang tertunda semoga menjelma menjadi realita, selimut kusut dunia tempat kita melahap mimpi semoga tersulap menjadi kasur di tepian telaga kaustar dan sajadah tempat menengadah do'a-do'a semoga menjadi permadani indah tempat bersemayam bersama sang bidadari surga.

Wallah A’lam bi Al-shawwab

-------------------------

Yusuf An-nasir, 01 Mei 2021

 

https://www.sangsantri.com/

Posting Komentar

0 Komentar