Sedang asyiknya menikmati secangkir kopi sambil berdiskusi
berbagai permasalahan bersama beberapa sahabat tiba-tiba HP berdering,
ternyata dari salah satu sahabat saya yang saat ini sedang menikmati proses skripsi
sebelum mendapat surat cinta untuk meninggalkan almamaternya yang hampir 1
dekade numpang berteduh.
Ia meminta saya untuk menjadi pemateri pada kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Nurul
Ulum Al-Mas'udiyah 3 Sungai Enau Kubu Raya.
Minggu (25/09/2022) dihadapan kurang lebih 95 siswa MTs Nurul Ulum dan SMK Abadi Khatulistiwa saya menyampaikan materi tentang
Kemampuan Komunikasi dan Kerjasama.
Tentu tidak mudah menyampaikan materi tersebut, karena
tidak mungkin saya berbicara tentang berbagai teori komunikasi seperti teori
Lasswell, Behaviorisme, Uses and Gratifications, Agenda Setting, Kontruktivisme
dan sebagainya pada anak usia baru lulus MI dan MTs.
Demikian pula tentang kerjasama, mereka akan susah memahami
jika saya harus bicara kerjasama dengan teorinya Pamudji, Charles H. Cooley,
Thomson dan Perry.
Maka yang harus saya lakukan adalah memeras otak bagaimana
bisa menyampaikan hal tersebut sesederhana mungkin dengan contoh kehidupan
sehari-hari tanpa membuat mereka pusing dengan berbagai teori (apalagi teori
konspirasi seperti kasus penembakan orang tapi CCTV yang mati misalnya) sehingga
mereka mudah memahami dan tentu saja menyenangkan.
|
Istimewa
|
Dalam rentang waktu kurang lebih satu jam dengan tanya jawabnya saya hanya menyampaikan enam poin penting untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dengan
baik yaitu:
1. Jadilah pendengar yang baik dan pembaca yang handal
Pendengar yang baik adalah orang yang tidak memotong
pembicaraan orang lain hingga sang pembicara selesai menyampaikan maksudnya, dan pembaca yang handal adalah orang yang tidak pernah
bosan membaca apa saja baik yang tersurat maupun yang tersirat.
2. Pahami dengan siapa kamu bicara
Ketika berbicara dengan anak kecil, bahasa, gestur tubuh dan
mimik muka tentu saja harus berbeda dengan ketika kita berbicara dengan teman
sebaya apalagi sama yang lebih tua.
3. Menunjukkan bahasa tubuh yang baik
Perhatikan tingkah laku, akhlaq dan adab kita ketika
berbicara. Body language yang baik akan menghasilkan kesepakatan yang baik
pula.
4. Berbicara langsung ke intinya
Jangan kebanyakan bertele-tele, ketika punya maksud segera
sampaikan, jika sudah selesai baru mencari topik pembicaraan yang lain. (Bukan
berarti tidak boleh basi-basa ya, jangan kelamaan maksudnya).
5. Ketahui waktu dan tempat yang tepat untuk berbicara
Ini penting agar kerjasama yang ingin kita bangun berhasil,
atau permasalahan segera selesai. Jangan ajak bicara orang yang sedang marah
atau galau, tunggulah sampai suasananya membaik.
6. Awali dan akhiri percakapan dengan topik yang kamu bahas
Sampaikan maksud dan tujuan pada awal pembicaraan sebagai
pengantar, dan akhiri dengan topik yang dibicarakan di awal sebagai penguat,
karena manusia memiliki sifat lupa.
Terakhir, karena status mereka adalah santri maka closing
statement yang saya sampaikan adalah 'Siapapun kalian, ketika di pesantren jaga
akhlak dan adab terhadap guru apalagi sama pengasuh, sebab itulah jalan
keberkahan ilmu'.
Dan tidak lupa saya sampaikan dawuhnya Murabby Ruhina KHR.
Ach. Azaim Ibrahimy (Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo
Situbondo) bahwa Mondhuk Entar Ngabdhih ben Ngajih (Mondok untuk
mengabdi dan mengaji). Mengabdi mengolah Spiritual, Mengaji mengasah Intelektual.
Wallahu A'lam Bis Shawwab
https://www.sangsantri.com/
0 Komentar