Advertisements

Header Ads

GURU; Sang Benteng Peradaban

Sebagai sosok pahlawan, guru tidak pernah berhenti berjuang demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Tak berlebihan kiranya jika hari guru dirayakan. Hal ini sebagai wujud nyata penghargaan terhadap jasa para guru. Sebab perjuangan dan pengorbanannya dalam mendidik generasi bangsa ini tidaklah mudah. Maka tak berlebihan juga kiranya jika dalam diri guru disematkan sang benteng peradaban.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), benteng diartikan sebagai bangunan tempat berlindung atau bertahan (dari serangan musuh). Dalam artian ini, guru berperan sebagai pertahanan utama bangsa dari segala bentuk ancaman moralitas generasi bangsa.

Ia benteng moral generasi yang akan datang, benteng ideologi bangsa ini, benteng dari segala bentuk perbuatan yang dapat merusak penerus bangsa seperti teroris, narkoba, pergaulan bebas, mabuk-mabukan dan sebagainya.

Peranan guru dalam mencetak generasi emas Indonesia yang akan datang ini tidaklah dapat dipandang sebelah mata. Ia adalah sosok purnama di tengah gelapnya kejahiliaan. Dengan telaten ia membimbing dan mengajari kita mulai dari belum bisa apa-apa, hingga menjadi manusia yang super luar biasa.

Kala kita mulai bertingkah, dengan penuh kasih sayang guru menasehati, hingga kita menjadi manusia yang berAkhlaq Al-Karimah. Di saat kita butuh pupuk nurani dengan tulus ikhlasnya beliau selalu rela meneteskan air mata dalam setiap sujud qalbu-nya, hingga kita menjadi manusia yang mulia dan berderajat.

Namun terkadang, menjadi seorang guru ibarat makan buah simalakama. Memiliki karakter terlalu baik, para muridnya melonjak dan tidak menghargai. Memiliki karakter tegas malah dianggap kasar dan pelanggaran HAM. Bahkan parahnya, tidak sedikit orang tua melaporkan guru karena aduan anaknya.

Net

Terakhir sebagai renungan, ketika Jepang hancur lebur akibat bom atom uranium jenis bedil dan plutonium jenis implosi yang dijatuhkan sekutu di kota Hiroshima dan Nagasaki pada penghujung perang dunia II. Jepang lumpuh total, perekonomiannya hancur, dan sedikitnya 129.000 jiwa rakyatnya menjadi korban keganasan senjata nuklir tersebut yang digunakan pertama kali dan satu-satunya dalam sejarah.

Dalam kondisi sangat terpuruk tersebut kaisar Hirohita hanya bertanya “berapa jumlah guru yang masih tersisa?”. Kenapa kaisar mempertanyakan keberadaan guru? Karena kaisar sadar bahwa Jepang harus bangkit dan maju. Dan untuk bangkit Jepang tidak boleh hanya mengandalkan kekuatan militernya tapi juga mesti memajukan pendidikannya. Karena itulah kemudian kaisar mengumpulkan seluruh guru yang selamat dari bom yang dijatuhkan tahun 1945 itu dengan jumlah kurang lebih 45 ribu guru saja, sebab kepada merekalah Jepang mesti bertumpu bukan pada kekuatan pasukan.

Di sini menunjukan betapa bernilainya seorang guru di mata kaisar. Hasilnya apa? Dalam kurun waktu 20 tahunan Jepang sudah kembali bangkit dan menjadi macan asia. Padahal diprediksikan Jepang butuh waktu kurang lebih 50 tahunan untuk dapat bangkit kembali. Bahkan yang terbaru dalam momen Piala Dunia Qatar, Jepang mampu menunjukan kemajuan dalam bidang sepak bolanya dengan melibas Jerman 2-1.

Dari sini kita belajar bahwa kemajuan sebuah bangsa tidak bisa diukur dari banyaknya jumlah SDA maupun SDM, tapi bagaimana melibatkan peran besar guru-guru. Karenanya kesejahteraan guru harus diperhatikan agar mereka mendedikasikan diri sepenuh hati untuk mendidik penerus bangsa besar ini.

SELAMAT HARI GURU NASIONAL

----------------
Yusuf An-nasir dan Atalia, S.Kom.I (Penyuluh Agama Islam Kec. Sungai Ambawang Kubu Raya), 25 November 2022



https://www.sangsantri.com/

Posting Komentar

0 Komentar