Advertisements

Header Ads

KUNCIR BOY; Kala Sang Waktu Masih Menyapa

Hal terindah adalah kala kita berkumpul bersama kawan-kawan yang konyol dan jahil, ada saja hal-hal yang dilakukan, mulai saling gojlok hingga saling menunjukan kehebatan dalam memperbanyak mantan.

Bagi kami hal ini biasa, mungkin bagi sebagian orang yang tidak suka berkumpul, yang kami lakukan adalah terlalu berlebihan, karena ada saja yang mau di gojlok dan dijahilin.

Bahkan bukan hanya di Dunia Nyata, di Dunia Maya pun kami masih seperti itu, yang andaikata ada orang IT mungkin yang kami lakukan sudah melanggar UU ITE dan KUHP, namun kami bukan musuh politiknya, hingga tak terjerat pasal-pasal tersebut. Bagi kami inilah salah satu cara mempererat hubungan persaudaraan.
 
istimewa
Salah satu contoh kedekatan kami adalah dimana pada suatu hari dosen belum masuk, tapi anehnya kawan-kawan sudah ada dikelas semua karena biasanya ada saja yang telat (entah apa yang merasukinya), mimpi mantan kali semalam hingga cepat-cepat berangkat ke kampus.

Kebetulan salah satu kawan kami, namanya Ali tapi panggilan kerennya Haider Back, asli orang Kayong Utara mungkin kawan-kawan pembaca ada yang kenal? Atau ada yang dari Kayong Utara? Angkat kaki dong siapa tau jodohkan.

Hobinya olahraga Futsal, lulusan SMK Perikanan tapi masuk kuliah Komunikasi Penyiaran Islam (nggak nyambungkannnnn wkwkwk) tapi nggak masalah, orangnya komunikatif kok. Ia memiliki rambut yang lumayan panjang, maklum kan habis liburan, hal ini dimanfaatkan oleh kawan-kawan untuk menjahilinya dengan Menguncir rambut panjang kesayangannya rame-rame.

Kalau biasanya rambut yang di kuncir itu punya perempuan, tapi kali ini berbeda, karena kami sukanya hal-hal yang berbeda dari yang lain, hingga salah satu dosen kami pernah berkata “Kelas kalian ini aneh, semua ada, tapi seru dan menyenangkan”.

Begitulah kami dan kehidupan sosial budayanya, kami memang berbeda secara geografis dan adat-istiadat. Udara dan bumi yang kami pijakpun beda, ada yang lahir dibumi Sambas, ada yang besar di bumi Sintang, ada yang pernah merangkak dibawah langit Sanggau, ada yang puas dengan kehidupan ditepian Sungai Kapuas, dan ada yang pernah main hujan-hujanan di bawah langit Pontianak serta menangis diatas bumi Kubu Raya.

Namun perbedaan tersebut hilang ketika kami sudah berkumpul, semua dilebur jadi satu, entah apa rasanya. Maniskah, pahitkah, asamkah, atau bahkan tidak ada rasanya sama sekali. Semua kami satukan dibawah pita yang terpampang di kaki burung garuda 'Bhennika Tunggal Ika’.

Haram hukumnya bagi kami saling menghina, dosa besar jika sampai terjadi diskriminasi. Intinya kami adalah saudara, kawan, sahabat, bahkan orang tua. Jika ada kontra hal itu tak lebih hanyalah sekedar bunga-bunga mekar yang ingin menyerbukan sarinya, demi menambah kedewasaan dan wawasan kami.

Disanalah letaknya, yang pada suatu hari akan menjadi cerita indah bagi penerusnya, yang akan menjadi kenangan tak terlupakan, yang akan menjadi momen dimana kerinduan untuk berkumpul memuncak, dimana tetesan air mata tak lebih hanyalah hiasan pipi belaka, dimana hati hanya bisa menjerit taktentu arah, dimana angan sunyi hanya bisa bersenandung ‘andaikan waktu bisa kuputar kembali’.

Dan disini, ditempat ini, diwaktu ini, semua bersaksi bahwa penulis tidak bisa melanjutkan, takterbayang jika yang penulis tulis benar-benar terjadi. Maka cukuplah kiranya pengembaraan angan sampai dititik ini, agar tidak terlalu jauh melangkah dan menelangsa hati.

-------------------------
Yusuf An Nasir, 04 April 2020

*Sebagian tulisan sudah pernah penulis jadikan status di Facebook tertanggal 14 September 2019 dengan judul Kuncir Boy.
https://www.sangsantri.com/

Posting Komentar

0 Komentar