Oleh : Guntur Mz*
Sudah
pagi, Matahari menyapa kembali, bagi para raja, tentu setiap waktu pagi adalah
Anugerah Ilahi. Tapi bagi manusia sedurjana saya, Pagi hanya sekedar alarm
untuk segera mandi. Kicauan burung sama sekali tak menggoda ku untuk menikmati
suguhan irama pagi hari, Yang aku tahu, aku harus lekas mandi.
Tubuh
bersih, Pakaian rapi, Aroma sudah wangi,
demikian saya saat ini. Pagi ini, Adalah Pelatihan pertama bimbingan teknis
relawan demokrasi (RELASI). Sebagai seorang pemula, Tentu ini begitu
mendebarkan. Karna kabar yang ku dapat, tugas saya ialah memastikan demokrasi
pada tubuh bangsa ini, tetap berfungsi dengan benar, terasa di bebani sebuah gunung kepundak kala pertama
kali mendengarnya.
Materi
pertama di sampaikan. mengangkat tema
demokrasi. Semua mata tertuju pada pemateri. Dengan gaya yang gagah, materi
demokrasi di sampaikan. Kami menyerap dengan baik. Saya menangkap materi ini dengan
perasaan yang tersadarkan "Bahwa untuk membunuh bangsa ini, cukup beri ia
sikap apatis, maka perlahan tapi pasti, bangsa ini kehilangan fungsi, dan
kemudian mati". Demokrasi di bangun di atas rasa kebebasan. Jika kebebasan hilang atau di gadaikan pada yang
beruang. Maka demokrasi bangsa ini sudah berada di ambang kepunahan. Jika sudah
demikian, kita hanya akan menunggu bagaimana bangsa sebesar ini akan
"runtuh".
Ilustrasi/net |
Kesadaran
memilih di PEMILU 2019. Demikian tema yang di angkat kepermukaan di sesi kedua.
Peserta RELASI di harapkan bisa menumbuhkan rasa peduli yang tinggi pada
masyarakat di pemilihan raya nanti. Bahkan tidak itu saja, masyarakat juga harus
di sadarkan, bahwa harus juga melakukan tindakan preventif jika di temukan
suatu kecurangan di pemilihan nanti. Sebab tentunya kita menginginkan bangsa
ini di pimpin oleh orang yang amanah dan jujur. Oleh sebab itulah, pemilihan
ini harus kita jaga bersama, agar fungsi pemilu yang sebenarnya bisa kita
terapkan.
Senin
yang istimewa dengan segala yang ada di dalamnya. Pengajaran tentang demokrasi
dan pentingnya memilih, adalah pengetahuan yang tak akan pernah saya dapatkan
sebagai hadiah di hari kelahiran. Demokrasi haram hukumnya mati. Dan peduli
pada pemilu nanti. Adalah cara terjitu untuk memberi umur pada demokrasi negeri
ini. Jika bukan dengan kaki kita? Lantas dengan kaki siapa lagi demokrasi
bangsa ini berdiri? Bukankah cinta selau saja berakar dari rasa peduli. Maka
untuk membuktikan cinta Indonesia yang sering kita ikrarkan itu. Kita harus
menaruh rasa perduli yang tinggi untuknya. Jika tidak perduli, percayalah, kita
sudah menjadi pembunuh berdarah dingin untuk tanah nusantara ini.
Dengan
rasa puas aku pulang. Rasanya aku pantas berterima kasih pada motor kebanggaan
ku. Biasanya, aku memanggil ia si jago biru. Aku gas sedikit lebih laju. Agar
segera pula aku sampai kerumah. Tak sabar rasanya menuliskan kisah senin ini.
Senin yang hebat. Senin untuk kita semua.
*Sekretaris Umum Komisariat PMII IAIN Pontianak
https://www.sangsantri.com/
0 Komentar