Advertisements

Header Ads

WASIAT RINDU

Beberapa waktu yang silam
Engkau tinggalkan jejak jalan setapak
Untuk ku lewati tanpa tuntunanmu
Menyebrangi sungai
Melompati rawa
Dan engkau berpesan agar aku tak menoleh


Ayah
Kini ku mengerti
Kala dulu engkau memanggil dan mendudukanku di pangkuanmu
Lalu dengan penuh kasih sayang
Kau rangkul tubuhku
Dan engkau pun berwasiat Rindu


"Nak, ayah akan pergi, kamu jangan ikut, jangan mengejar, jangan juga menoleh kala aku kan menaiki kereta. Kutitip ibumu nak, ku titip kakakmu, ku titip juga adik kecilmu, dan ku titip pamanmu yang berjuang, jangan tinggalkan mereka nak. Kamu anak laki-lakiku, kamu yang akan menggantikanku dan kamu jugalah yang akan melindungi mereka"

Ayah
Dulu diriku tidak pernah mengerti maksud wasiat rindumu
Karena usia tak pernah mengejakan
Namun masa mengajarkan
Tentang tali ruang dan waktu
Hingga aku pun menyimpulnya
Menjadi cambuk zaman

Istimewa

Ayah
Pandanglah
Kakak yang dulu kau wasiatkan
Agar aku menjaganya
Kini sudah ada yang menjaganya
Ia sudah menyelesaikan pendidikannya
Persis seperti yang ayah wasiatkan padaku


Ayah
Lihatlah
Adikku yang dulu masih mungil
Yang setiap hari ku gendong
Melewati lumpur sawah
Melompati akar karet
Menyusuri semak belukar
Masuk keluar hutan
Kini ia sudah bisa Alfatihah
Seperti yang dulu ayah ajarkan padaku

Ayah
Lihatlah
Cucumu yang mungil ini
Sering melihat fotomu ketika ke rumah
Dan dengan lirih memanggil "mbah"
Kadang ia bertanya "kemana mbah"
Lalu bagaimana kami menjelaskan
Jika bukan rindu yang menerjemahkan


------------------
Yusuf An Nasir, 01 Oktober 2019




https://www.sangsantri.com/

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Sungguh membuat air mata berlinang dengan setiap kata yang mempunyai makna
    Sunguh hebat sang penulis

    BalasHapus